Rabu, 30 September 2015

Faktor Kenakalan Remaja


Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja dari Berbagai Aspek

  kenakalan remaja dewasa ini semakin sering dibincangkan. berbagai cara telah dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja, namun masih belum maksimal hasilnya. nah, yang paling perlu diketahui dari kenakalan remaja, apa-apa saja penyebabnya. kali ini sobat pendidikan akan mengupas tuntas tentang faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja dari Berbagai Aspek
Kenakalan Remaja
Berbicara  faktor-faktor terjadinya  kenakalan  remaja  sangat  luas dan  beragam,  sehingga  tidak  ada  satu  kesatuan  pendapat.  Ada  yang melihat dari sudut pandang psikologi, agama, ekonomi, hukum, sosiologi dan kriminologi.
Dari aspek kriminologi, W.A. Bonger dalam bukunya Inleiding tot de Criminologie, antara lain mengemukakan :
"Kenakalan remaja sudah merupakan bagian  yang besar dalam kejahatan.  Kebanyakan penjahat  yang  sudah  dewasa  umumnya sudah sejak mudanya menjadi penjahat, sudah merosot kesusilaannya sejak kecil barang siapa menyelidiki sebab-sebab kenakalan remaja dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kenakalan remaja itu sendiri, yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap pencegahan kejahatan orang dewasa."
Dalam formulasi yang lain, Rusli Effendi dan As- Alam, menyatakan : "Perlunya diadakan penelitian yang mendalam di daerah- daerah  di  Indonesia  mengenai  sebab-sebab  kenakalan  remaja.  Karena tanpa penelitian tidak dapatlah diadakan penanggalan secara efesien dan efektif, lagi pula motif-motif kenakalan di berbagai daerah berbeda satu sama lain."
Menurut pengalaman POLRI, sebagai dikutip oleh Ninik Widiyanti dan Yullus Waskita, "dalam menangani kasus yang terjadi di masyarakat dapat dikatakan banyak faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja. Untuk terjadinya suatu pelanggaran maka dua unsur harus bertemu yaitu niat untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut. Jika hanya ada salah satu dari kedua unsur tersebut di atas maka tidak akan terjadi apa-apa, yaitu ada niat untuk melakukan pelanggaran tetapi tidak ada kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut, maka tidak mungkin terlaksana pelanggaran itu."
Salah  seorang  ahli  kriminologi  di  Indonesia,  Soejono Dirdjosisworo, pada intinya membagi sebab musabab kenakalan remaja terdiri dari ":(1) sebab intern yang terdapat dalam diri si anak; (2) sebab eksteren yang terdapat di luar diri si anak."16
Sudarsono menguraikan sebab-sebab kenakalan remaja yang oleh
penulis  disimpulkan  sebagai  berikut  :  kenakalan  remaja  akan  muncul karena beberapa sebab, baik karena salah satu maupun bersamaan, yaitu keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat.
Dari sudut psikologi, Dadang Hawari, mengatakan:
"Remaja kita dalam kehidupannya sehari-hari hidup dalam tiga kutub, yaitu kutub keluarga, sekolah dan masyarakat. Kondisi masing-masing kutub dan interaksi antar ketiga kutub itu, akan menghasilkan dampak yang posisif maupun negatif pada remaja. Dampak positif misalnya prestasi sekolahnya baik dan tidak menunjukkan perilaku antisosial. Sedangkan dampak negatif misalnya,  prestasi  sekolah  merosot,  dan  menunjukkan perilaku menyimpang (antisosial). Oleh karena itu pencegahan dan penanganan dampak negatif tersebut, hendaknya ditujukan kepada ketiga kutub tadi secara utuh dan tidak partial."
Raema  Andreyana, menguraikan  faktor-faktor  yang  mendukung terjadinya delinkuensi remaja, yang penulis simpulkan sebagai berikut:

  1. Faktor keluarga, khususnya orang tua. Dalam hal ini orang tua yang kurang memahami arti mendidik anak, dan yang begitu sibuk bekerja.
  2. Hubungan suami istri yang kurang harmonis
  3. Faktor lingkungan
  4. Faktor sekolah, termasuk di  dalamnya  guru,  pelajaran,  tugas-tugas sekolah dan lain-lain yang berhubungan dengan sekolah.19

Dari sudut ilmu pendidikan, M. Arifin mengamati masalah remaja dengan menguraikan faktor-faktor terjadinya.20 M. Arifin menganggap bahwa "keadaan dan lingkungan sekitar remaja puber yang bersifat negatif akan lebih mudah mempengaruhi tingkah laku yang negatif pula. Sebaliknya keadaan lingkungan sekitar yang bersifat positif akan mengandung  nilai-nilai  konstruktif  yang  akan  memberikan  pengaruh
positif pula. Oleh karena situasi perkembangan jiwa remaja yang labil demikian itu, maka cenderung untuk melakukan penyimpangan yang dirasakan sebagai suatu proses terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang kurang akomodatif terhadap angan-angan dan gejolak jiwanya." 
Menurut Abdullah Nashih Ulwan,
Banyak  faktor  penyebab  terjadinya  kenakalan  pada  anak  yang dapat  menyeret  mereka  pada  dekadensi  moral  dan ketidakberhasilan pendidikan mereka di dalam masyarakat, dan kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan "kegilaan." Betapa banyak sumber kejahatan dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut dan tempat berpijak.
Oleh karena itu, jika para pendidik tidak dapat memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kelainan pada anak- anak serta upaya penanggulangannya, maka akan terlahir suatu generasi yang bergelimang dosa dan penderitaan di dalam masyarakat.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan beberapa faktor yang menimbulkan kenakalan remaja di antaranya:
a.   "Kemiskinan yang Menerpa Keluarga b.   Disharmoni Antara Bapak dan Ibu
c.   Perceraian dan Kemiskinan Sebagai Akibatnya
d.   Waktu Senggang yang Menyita Masa Anak dan Remaja 
e.   Pergaulan Negatif dan Teman yang Jahat
f.   Buruknya Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak."
Merujuk pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja akan muncul karena beberapa sebab, baik karena salah  satu  maupun  bersamaan,  yaitu  keadaan  keluarga,  keadaan
sekolah  dan  keadaan  masyarakat.  faktor-faktor  yang  mendukung terjadinya   delinkuensi   remaja,   yang   penulis   simpulkan   sebagai berikut:

  1. Faktor keluarga, khususnya orang tua. Dalam hal ini orang tua yang kurang memahami arti mendidik anak, dan yang begitu sibuk bekerja.
  2. Hubungan suami istri yang kurang harmonis
  3. Faktor lingkungan
  4. Faktor sekolah, termasuk di dalamnya guru, pelajaran, tugas-tugas sekolah dan lain-lain yang berhubungan dengan sekolah

sumber:
M.Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, (Jakarta: Bumi Aksara, edisi terbaru, 2004), hlm. 78
Abdullah  Nashih  Ulwan,  Tarbiyatul  Aulad  Fil  Islam,  terj.  Jamaluddin  Mirri, "Pendidikan Anak dalam Islam" Jilid 1, (Bandung: PT-Rosdakarya, 1992), hlm. 113.
Sudarsono, Etika Islam  tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 2005), hlm.19-32
Dadang Hawari, Psikiater, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2005), hlm.235.
Raema Andreyana dalam Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah, Ed. I, ( Jakarta: CV. Rajawali, 2006), hlm.116-118.
W.A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, terj. R.A. Koesnoen, (Jakarta: PT. Pembangunan, 2005), hlm.139.
Lembaga Kriminologi Fakultas Hukum UNDIP, Laporan Seminar Kriminologi III, 1977, sebagaimana dikutip oleh Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Semarang: Galia Indonesia, 2006), hlm.139.
Ninik   Widiyanti   dan   Yullus   Waskita,   Kejahatan   dalam   Masyarakat   dan Pencegahannya, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2005), hlm.116
Soejono Dirdjosisworo, Bunga Rampai Kriminologi, (Bandung: Armico, 2007), hlm.35-41
Simanjutak,  Pengantar  Kriminologi  dan  Patologi  Sosial,  (Bandung:  Transito, 2006), hlm. 292.
Kartini Kartono Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 136.

Peran Guru Dalam mengatasi Kenakalan Remaja

Peran guru sangatlah penting sebagai pengganti orang  tua disaat sekolah
Sejak pertama lahir di dunia, manusia terus mengalami proses sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. Pertama kali manusia mengalami sosialisasi di dalam lingungan keluarga dimana manusia mendapatkan kasih sayang dan nilai-nilai dasar yang berguna untuk kehidupannya kelak, seperti moral, budi pekerti, akhlak dan sopan santun. Perkembangan ini selanjutnya mengarah pada sosialisasi lingkungan, dimana merupakan tempat bermain dalam masa kanak-kanak. Hal ini merupkan perkembangan anak yang dimana perkembangan ini akan dilan jutkan dalam lingkungan sekolah, dimana orang tua memberikan tanggung jawab kepada sekolah sebahagi lingkungan pendidikan, atau lingkungan sosialisasi yang baru kepada anak
Saat memasuki usia sekolah, proses soialisasi tersebut mulai bertambah luas seiring semakin tingginya jenjang pendidikan yang dijalani. Seperti bersosialisasi dengan guru maupun teman-teman sebaya yang secara geografis berjauhan dengannya. Dalam sosialisasi tersebut tentunya akan berdampak positif ataupun sebaliknya dalam perkembangan moralnya. Seperti mendapatkan dukungan/motivasi dari guru dan teman-teman untuk berprestasi tentunya akan berdampak positif bagi perkembangan anak itu sendiri. Begitu juga sebaliknya, apabila menadapatkan pengaruh-pengaruh buruk dari teman-teman sebayanya  seperti berkelahi, merokok, dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya dan hal tersebut dibiarkan saja tanpa ada pengendalian atau kontrol dari guru dan orang tua, tentu saja berdampak negatif bagi perkembangan anak itu sendiri.
Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pencetak generasi penerus bangsa, seharusnya dapat membuat generasi yang berkepribadian baik, bermoral, dan bertanggung jawab. Sehingga pantas menjadi calon pemimpin dimasa yang akan datang.
Dan guru, sebagai salah satu komponen dari lembaga tersebut, seharusnya bukan hanya menitik beratkan pada transfer ilmu kepada siswanya tetapi juga harus bisa membentuk karakter siswa yang jauh dari hal-hal negatif, sehingga pantas menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang, bukan membentuk generasi “rusak” yang penuh dengan kenakalannya.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu:
(1) pendidik (nurturer),
(2) model,
(3) pengajar dan pembimbing,
(4) pelajar (learner),
(5) komunikator terhadap masyarakat setempat,
(6) pekerja administrasi, serta
(7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Sedangkan peranan guru yang lain adalah sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Selanjutnya guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

Cara Menghindari Dan Mengatasi Pergaulan Bebas Pada Remaja

 Cara yang perlu di lakukan

Dari tahun ketahun rupanya statistik remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas semakin meningkat, jika hal ini tidak di tanggapi dengan serius ini semua bisa menjadi bom waktu buwat indonesia.
Karena para remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas sudah biasa melakukan hubungan sex dan memakai obat – obatan terlarang yang nantinya akan membunuh mereka sendiri.
Karena jika orang sudah terbiasa dengan sex bebas dan obat – obatan terlarang peluang terkena penyakit HIV AIDS sangatlah besar, dasamping itu dengan memakai obat – obatan terlarang juga akan merusak tubuh mereka sendiri yang ujung – ujungnya juga akan mempersingkat umur mereka.
Nah jika sudah begini siapa yang rugi? Tidak hanya keluarga yang ditinggalkan saja yang rugi, negara pun juga akan rugi karena sudah kehilangan calon penerus bangsa.
Maka dari itu kesadaran anak remaja itu sendiri maupun orang tua di rumah serta pemerintah harus ditingkatkan lagi jika tidak ingin melihat bangsa ini nantinya hanya ada pulau – pulau dan binatang saja.
Berikut ini ada sedikit tips ataupun saran buat anda yang masih remaja dan orang tua agar anda yang masih remaja atau anak anda nantinya tidak terjerumus dalam lembah setan.

7  Cara Menghindari Dan mengatasi Pergaulan Bebas Pada Remaja
1. Mengisi Waktu Kosong Dengan Kegiatan Positif ( Buat Anak Remaja )
Daripada kalian yang masih remaja ini membuang waktu kalian dengan malas – malasan atau keluyuran tidak jelas yang nantinya bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas lebih baik gunakan waktu kalian dengan kegiatan positif seperti belajar, sembahyang, belajar ke agamaan atau membuat kegiatan sosial lainnya yang berguna seperti mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam atau dari hal yang sepele kamu bisa kumpulkan teman – teman kamu untuk diajak kerja bakti.
Yang jelas jangan buang waktu kalian dengan percuma dan jangan sampai masuk ke pergaulan bebas akibat sering keluyuran sana sini.

2. Cara Bergaul
Dengan bergaul atau punya banyak teman memang akan memberikan kemudahan bagi anda untuk menjalani hidup, tapi jangan sampai kalian itu salah bergaul. Oleh karena itu sebelum anda memutuskan berteman dengan orang cari tahu dulu apakah orang yang akan menjadi teman anda itu akan membawa pengaruh atau dampak baik buat hidup anda kedepannya.
Jika menurut anda baik untuk hidup anda kedepannya, silakan berteman dengan orang tersebut.
Buat orang tua juga harus selalu memantau perkembangan anaknya terutama dalam hal pergaulan, seperti kata saya diatas jika sampai sedikit saja anak anda salah bergaul maka akibatnya akan patal.
Maka dari itu peran orang tua juga di perlukan untuk mencegah maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja.

3. Orang Tua Lebih Akrab Dengan Anak
Jika orang tua sudah bisa akrab dengan anak layak seorang sahabat secara tidak langsung anda akan mengetahui kegiatan dan pergaulan anak anda sehari – hari.
Karena biasanya jika anak sudah dekat dengan orang tuanya jika anak tersebut ada masalah atau ada hal baru pasti akan di ceritakan kepada orang tuanya.
Nah disinilah kesempatan orang tua untuk mengarahkan anak untuk menjadi anak yang baik, karena jika anak anda sudah dirasa mau bersikap tidak benar berilah anak anda masukan – masukan yang positif secara lembut, ini bertujuan agar si anak tidak menolak sugesti atau masukan positif yang anda berikan.
Karena bagaimanapun juga anak yang masih remaja itu keingin tahuannya masih sangat besar, dan semakin dilarang akan semakin berniat mencoba.
Jadi beri anak anda masukan secara santai dan tanpa di marahi.
Jadi mulai sekarang dekatkanlah diri anda dengan anak anda agar secara tidak langsung anda mampu mengontrol tingkah laku anak anda.

4. Lingkungan
Ini merepukan peran terbesar orang tua agar anak anda nantinya tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena jika anak anda di tempatkan atau tinggal di lingkukang yang tidak baik maka kemungkinan anak anda menjadi tidak baik juga sangat besar, karena bagaimanapun selain keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungan.
Karena biasanya di lingkungan tempat tinggalnyalah si anak akan menemukan sesuatu yang baru, yaw kalau sesuatu yang bru nantinya akan berdampak baik, bagaimana jika berdampak buruk?
Jawabannya pasti sudah anda tau jika lingkungan tempat tinggal anak anda memberi pengaruh yang tidak baik pastinya anak anda juga akan menjadi tidak baik juga.
So tempatkan anak anda dilingkungan yang baik agar kedepannya bisa anak anda bisa menjadi orang yang baik, bagi yang muslim mungkin bisa menaruh anak anda di pesantren.

5. Membatasi Waktu Anak Keluar Rumah
Dengan membatasi waktu anak keluar rumah di harapkan kesempatan anak menemukan sesuatu hal yang baru itu semakin sedikit, karena seperti kata saya pada tips no 4 jika di lingkungan atau pergaulannya si anak lebih banyak mendapatkan sesuatu hal baru yang memberi pengaruh negatif maka anak anda akan menjadi tidak baik.
Jadi lebih baik membatasik waktu anak keluar rumah daripada mengambil resiko yang patal nantinya.

6. Dilarang Pacaran
Jika kamu yang masih belum cukup umur lebih jangan pacaran dulu, karena selain menggang pelajaran kamu, nantinya kamu bisa terjerumus ke hal yang tidak – tidak seperti sex bebas yang nantinya kalau sudah begitu kamu bisa kena virus HIV AIDS yang akan membuat umur kamu menjadi lebih singkat, karena sampai saat ini belum ada obatnya untuk penyakit ini.
Buat orang tua juga kalau bisa anaknya jika masih di bawah umur jangan di kasih pacaran dulu jika tidak ingin anak anda masuk kedalam sex bebas.
Karena bagaimanapun rasa ingin tahu dan mencoba anak remaja itu masih sangat besar sehingga jika sudah pacaran bukan tidak mungkin akan mencoba berhubungan badan dan jika sudah begini akan kecanduan dan terjerumus kedalam sex bebas.

7. Pengamanan Pemerintah
Saya sendiri tau kalau pemerintah juga sudah berjuang keras untuk mengurangi angka sex bebas dan pemakain obat – obatan terlarang, tapi kalau bisa tolong setiap bebrapa hari sekali dalam seminggu mengadakan razia obat – obatan terlarang ke sekolah – sekolah sehingga kedepannya bangsa ini bisa jauh dari yang namanya sex bebas dan obat – obatan terlarang.

Terimakasih sudah membaca artikel Cara Menghindari Dan mengatasi Pergaulan Bebas Pada Remaja dan mudah – mudahan angka atau statistik pergaulan bebas di indonesia ini bisa menurun sehingga tercipta negara yang anti sex bebas dan obat – obatan terlarang.

Jumat, 11 September 2015

pergaulan remaja di indonesia


Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
Pengertian pergaulan bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.
Pergaulan bebas menurut agama
Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
Penyebab pergaulan bebas
1. Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
* Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
* Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
* Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
Dampak Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja.
Solusi Mengatasi Pergaulan Bebas
seharusnya kita sebagai pemuda islam yang berpendidikan haruslah mengetahui dampak dan akibat dari pergaulan bebas tadi. Sehingga kita tidak akan terjerumus dalam tindakan yang dilarangan oleh agama islam.